1001 Masjid, adalah sebuah komunitas dan jaringan sosial (non-komersial), yang mewadahi berhimpunnya orang-orang yang berkhidmad dan mendedikasikan diri pada pengajaran Al-Quran dan "menghidupkan" masjid-masjid.
---
Kegiatan-kegiatan komunitas ini fokus pada pemberdayaan masyarakat berbasis masjid, serta membangun jaringan antar masjid & pengajian.
---
Dengan berfokus dan berbasis pd masjid & pengajian, Komunitas 1001 Masjid diharapkan dapat menjadi jaringan sosial yg efektif dlm kegiatan-kegiatan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat.

MASJID, PILAR UTAMA PEMBERDAYAAN UMMAT

Masjid adalah rumah tempat ibadah umat Muslim. Selain tempat ibadah, masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim.

Hal pertama yang dilakukan Rasulullah setelah hijrah ke Madinah adalah membangun sebuah masjid. Maka sejarah selanjutnya menceritakan bahwa masjid telah menjadi basis utama pembentukan pilar-pilar kehidupan ummat Islam yang kokoh di masa nabi dan  para sahabat.Mudah dipahami bagaimana masjid menjadi basis utama pembangunan ummat.

Pertama, karena masjid adalah tempat berkumpul dan beribadah secara berjamaah. Manusia cenderung semakin mudah bersatu bila rutin mengerjakan suatu pekerjaan secara bersama-sama. Bayangkan, bila mereka bertemu lima kali sehari melakukan pekerjaan yang sama dalam satu komando (imam). Banyak hadist Nabi SAW yang menekankan pentingnya sholat berjamaah di masjid.

Beberapa di antaranya adalah
Dari Abu Hurairah RA berkata, “Rasulullah SAW bersabda: “Shalat seseorang dengan berjamaah itu dilipatkan dua puluh tujuh kali atas sholat yang dikerjakan di rumah atau di pasar. Yang demikian itu karena bila seseorang berwudhu dan menyempurnakan wudhunya kemudian pergi ke masjid dengan tujuan khusus untuk sholat maka setiap kali ia melangkahkan kaki, diangkatlah satu derajat dan dihapuslah satu dosa…” (HR. Bukhari Muslim,Riyadlus Shalihin, Bab Keutamaan Sholat Berjamaah).

Dari Abu Hurairah
RA  berkata: “Ada seorang buta datang kepada Nabi dan berkata : “Wahai Rasulullah, tidak ada seorang pun yang menuntun saya untuk datang ke masjid,” kemudian ia minta dispensasi kepada beliau agar diperkenankan sholat di rumahnya, maka beliau pun mengizinkannya; tetapi ketika ia bangkit untuk pulang, beliau bertanya kepadanya : “Apakah kamu mendengar panggilan untuk sholat (adzan)?” Ia menjawab, “Ya”. Beliau bersabda, “Kamu harus datang ke masjid !" (HR Muslim, Riyadlus Shalihin, Bab Keutamaan Sholat Berjamaah).

Dari Abu Hurairah
RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sungguh aku bermaksud untuk menyuruh orang mengumpulkan kayu bakar kemudian aku menyuruh orang untuk beradzan lantas menyuruh pula seseorang untuk mengimami orang banyak, kemudian aku akan pergi  kepada orang-orang yang tidak berjamaah lantas aku bakar rumah-rumah mereka.” (HR. Bukhari – Muslim, Riyadlus Shalihin Bab Keutamaan Sholat Berjamaah).

Dari hadits-hadits di atas jelas nampak  penekanan yang luar biasa dari Nabi  
SAW untuk mengajak  ummatnya melaksanakan sholat berjamaah di masjid.

Dalam sholat berjamaah di masjid,  tersirat pelajaran-pelajaran dasar yang sangat penting untuk mensolidkan kesatuan ummat : 
Kesetaraan
Harga diri manusia, semua sama di sisi Allah, yang membedakan hanyalah ketakwaan: dalam sholat berjamaah di masjid, tidak ada pembedaan kasta. Siapa saja boleh mengambil tempat di mana saja, tergantung siapa yang lebih duluan datang. Hal ini akan menimbulkan harga diri yang merata di antara ummat. Juga mencegah timbulnya perasaan sombong dan lebih  tinggi pada siapa saja yang mempunyai kedudukan lebih mulia di dalam masyarakat. Apakah karena dia seorang yang lebih kaya, jenjang pendidikan lebih tinggi, lebih rupawan. Dalam sholat berjamaah di masjid, semua predikat itu tidak menentukan lokasi sholat seseorang. Seorang budak, pembantu, tukang becak, boleh-boleh saja berdiri di barisan depan, membelakangi seorang dokter, direktur perusahaan, penulis ternama, hartawan kota ataupun Negara.
Kedisiplinan
Ketika sholat berjamaah, seluruh makmum harus mengikuti gerakan imam. Tidak boleh mendahului. Ini adalah  bentuk pelatihan kedisiplinan yang sangat penting dalam gerakan atau kerja bersama-sama. Lima kali sehari berlatih untuk bersama-sama tunduk dalam satu komando, semestinya cukup membuat ummat juga mudah solid dalam kerja-kerja lain.

Kedua, karena masjid memang dikondisikan untuk membuat para pendatangnya berkonsentrasi penuh dalam proses pembelajaran diri.
Hal ini tercermin dalam adab-adab di masjid yang disyariatkan Rasulullah  SAW:

Sholat dua rakaat ketika baru masuk masjid. 
Dari Abu Qatadah
RA berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu sekalian masuk masjid maka janganlah duduk sebelum ia mengerjakan sholat dua rakaat.” (HR. Bukhari – Muslim).

Sholat dua rakaat ketika baru memasuki masjid, yang bahkan disyariatkan sebelum duduk, akan berefek menenangkan hati dan merupakan pemanasan awal untuk berkonsentrasi belajar dan beribadah dalam masjid. Dalam hadis-hadis shohih lain, mengubah-ubah posisi tubuh akan membantu mengendalikan emosi jiwa, dan itu tercakup dalam gerakan-gerakan sholat. Juga mengucapkan “audzubillahi minassyaithaanirrajiim”, akan membantu mengendalikan emosi jiwa (HR. Bukhari-Muslim, Riyadlus Shalihin Bab Sabar).
Karena itu, seseorang sangat diharapkan sudah cukup siap untuk menerima proses belajar-mengajar ataupun beribadah dengan tenang dan konsentrasi setelah lebih dulu sholat dua rakaat ketika masuk masjid.

Dilarang berjual beli di dalam masjid dan mencari barang yang hilang.
Dari ‘Amir bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya
RA bahwasanya Rasulullah SAW melarang untuk berjual beli di dalam masjid, melarang mencari barang yang hilang di dalam masjid, dan melarang untuk mendendangkan syi’ir di dalam masjid.” (HR. Abu Daud dan At Turmudzy).
Dari Abu Hurairah
RA bahwasanya ia mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang mendengar orang mencari barang yang hilang di dalam masjid maka hendaklah ia mengatakan: 'Semoga Allah tidak mengembalikannya kepadamu', karena sesungguhnya masjid-masjid itu tidak dibangun untuk itu.” (HR. Muslim, Riyadlus Shalihin Bab Makruhnya Bertengkar, Mencari Barang Hilang dan Jual Beli dalam Masjid)

Dalam masjid, hal-hal yang dikonsentrasikan adalah proses pendidikan mental, ruhiyah dan akal untuk menjadi hamba-hamba yang benar-benar shalih. Karena itu pelarangan berjual beli di dalam masjid akan sangat berguna menjaga konsentrasi seluruh penghuni masjid, di mana orientasi diarahkan semata kepada orientasi ukhrawi (akhirat) saja.

Mencari-cari barang yang hilang juga menyiratkan bentuk lain cinta dunia dan takut kehilangan materi. Maka pelarangan dari Nabi
SAW adalah bentuk  preventif dari beliau untuk menjaga ketenangan dan kebersihan masjid dari hal-hal yang merusak orientasi ukhrawi tersebut.

Dilarang bertengkar dengan suara keras dalam masjid
Dari As Saib bin Yazid Ash Shahaby RA berkata : “Sewaktu saya berada di dalam masjid kemudian ada seseorang melempar saya maka saya pun memperhatikan orang itu. Tiba-tiba ‘Umar bin Khaththab ada di situ dan berkata: “Panggillah kedua orang itu.”
Maka saya pun datang dengan membawa kedua orang itu.
‘Umar lantas bertanya : “Dari manakah kamu berdua?”
Kedua orang itu menjawab : “Dari Thaif”.
‘Umar berkata: “Seandainya kamu berdua termasuk penduduk negeri sini niscaya saya menyakiti kamu berdua, karena berani-beraninya mengeraskan suara di dalam masjid Rasulullah SAW.” (HR. Bukhari).

Sikap ‘Umar
RA di atas, selaku sahabat yang sangat dekat dengan Nabi SAW, adalah cerminan adab yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya juga. Bertengkar dengan suara keras, tentunya akan mudah mengusik ketenangan lingkungan masjid, serta sekaligus memberikan contoh buruk pengendalian emosi yang rendah.

Dilarang masuk masjid bila membawa bau-bauan tajam yang secara umum tidak disenangi orang.
Dari Jabir 
RA berkata, Nabi SAW bersabda : “Barangsiapa yang makan bawang putih atau bawang merah, maka hendaklah ia menjauhkan diri dari masjid kami.” (HR. Bukhari dan Masjid). Sebaliknya, Nabi   SAW dalam berbagai hadis shohihnya, sangat menganjurkan orang memakai minyak wangi saat berkumpul di masjid.

Pada zaman sekarang kita sering mendengar istilah “aromatheraphy”. Sesungguhnya prinsip aroma terapi ini sudah dipakai Nabi SAW yang tersirat dalam uraian poin ini. Bau-bauan yang harum akan menenangkan saraf dan meningkatkan kemampuan berkonsentrasi, sebaliknya, bau-bauan yang tajam apalagi busuk akan mudah mengurangi rasa tenang dalam jiwa dan ketenangan berpikir.



Dari uraian di atas, tampak jelaslah betapa strategisnya masjid sebagai pusat pembinaan utama bagi ummat, untuk membangun kekuatan kokoh masyarakat Islam.
Maka kemudian, kembali ke masjid, memakmurkannya, memenejnya dengan profesional, akan menjadi salah satu langkah utama dan mendasar dalam proyek meninggikan kalimat Allah di muka bumi. Bagaimana Allah dan rasul-Nya telah menetapkan tingginya kedudukan masjid dan orang-orang yang memakmurkannya, tersirat dalam ayat dan hadis di bawah ini:
"Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka. Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk."  At-Taubah 17-18

”Dari Abu Sa’id Al Khudry
RA, Nabi SAW bersabda, “Apabila kamu sekalian melihat seseorang yang biasa ke masjid maka saksikanlah bahwa ia benar-benar beriman. Allah ‘azza wajalla berfirman, “Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah adalah orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir.” (HR. At-Turmudzy, Riyadlus Shalihin Bab Keutamaan Sholat Berjamaah). 

Biasa mendatangi masjid, adalah jaminan dari Rasulullah SAW sebagai tanda dari orang baik atau orang yang menghendaki kebaikan. Di mana tanda ini dilindungi Allah subhanahu wa ta’ala yang dengan tegas melarang orang-orang musyrik ikut memakmurkan masjid-masjid Allah.

Maka kemudian, tugas kitalah bersama untuk mengajak orang untuk semakin mencintai masjid, menjaga, memelihara dan mengelolanya menjadi pusat pembinaan ummat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar